Cerpen Horor Komedi : RUMAH HANTU

dipersembahkan oleh ylsvtr on Friday, October 15, 2010

RUMAH HANTU
Kadang, ada tempat-tempat yang kupikir hanya ada dalam film, novel, atau cerpen.
Tapi ternyata aku pernah berada di tempat aneh seperti itu. Begini ceritanya…
Aku dan kedua sepupuku, Aparel dan Raga berlibur ke rumah Nenek. Di batas desa kecil tempat Nenek tinggal, ada sebuah rumah yang kata orang berhantu. Tahun ini kami tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak ke sana.
Rumah itu besar, bertingkat dua. Sejak terbakar lima belas tahun lalu, rumah itu tak berpenghuni. Sedihnya, dua kakak beradik gagal menyelamatkan diri dalam musibah kebakaran itu.
“Menurut kalian ada hantunya?”tanyaku sok cuek.
Raga menjawab dengan jahil,”Mana aku tahu! Hantu punya jadwal mainnya sendiri. Beda dengan manusia.”
“Jadi, nanti malam kita jadi ke sini?”tanya Aparel.
Aku dan Raga mengangguk setuju.
Malamnya kami menyelinap dari jendela rumah Nenek. Lalu mengambil sepeda yang sengaja ditaruh di luar. Jalan desa begitu sepi. Tak lama kemudian, tibalah kami di depan rumah itu. Ditimpa cahaya bulan, rumah itu sangat mempesona dan sangat spektakuler, hehehe, maksud saya sangat menakutkan! Yuucckkk…
“Rumah ini lebih indah waktu malam hari, ya, Sashi.”ia menyebut namaku. Tapi, sok berani banget dia!
Dengan gemetar, kami melangkah masuk. Senter kami menyorot ke segala arah di ruang tamu. Ada satu set kursi rusak, lapisan tebal debu, sarang laba-laba, dan lainnya. Kami bertiga berpandangan sebelum melangkah ke ruang berikutnya. Rasanya hatiku semakin ciut saja.
Puas di lantai satu, masih pelan-pelan kami naik ke lantai dua.
“Sudah terbukti, kan, enggak ada hantu di rumah ini. Pulang, yuk,”ajakku, berusaha tenang.
“Oke.”sahut mereka kompak. Kulihat Raga dan Aparel nyengir. Pasti nanti mereka meledekku sebagai cewek penakut. Padahal, mereka pasti lega juga!
Akan tetapi, sebelum kami turun, terdengar suara-suara. Kami bertiga membeku. Apakah itu para hantu? Kami saling pandang. Suara-suara itu semakin keras.
Dari pagar di lantai dua, kami mengamati. Tiga sosok sedang bercakap-cakap. Pertanyaannya adalah, mereka manusia atau hewan… ups, I mean manusia atau hantu!!!
“Itu orang,”bisik Raga.
Aparel membuka mulut, hendak memanggil mereka.
“Ssst…”buru-buru Raga mencegah. Tindakan bijaksana, sebab ternyata mereka pencuri.
Mereka akan menyembunyikan hasil curian di rumah ini! Aduh, aduh, kejadian ini seperti di film Dealova!
“Berpencar,”bisir Raga. Aku segera masuk ke sebuah ruangan. Dari tempat itu aku bisa melihat tangga. Raga dan Aparel pergi ke arah yang berbeda.
GEDUBURAKALOKOLOKOPOLO!!!!!!!!!
Oh My God… mungkin salah seorang sepupuku menjatuhkan sesuatu. Pasti para pencuri itu mendengarnya. Benar saja. Bergegas mereka naik ke lantai dua.
Ada orang, bro. Gue yakin mampus.!”kata salah seorang pencuri yang kelihatannya baru berumur dua puluhtahunan.
Pernahkah anda berdekatan dengan penjahat yang mencari-carimu? Pasti kamu takut sekali! Kukira inilah maksudnya peribahasa ‘Manusia lebih menakutkan daripada hantu.’
Di saat yang menegangkan, kadang terjadi keajaiban. Tiba-tiba muncul sosok aneh, melintas di depan para pencuri. Seorang cewek sebayaku! Tubuhnya membeku! Tapi aku lalu sadar. Pasti… itu salah satu sepupuku yang menyamar!
Sesaat para pencuri itu terpaku. Apalagi saat sosok itu melayang.
“Hantu! Hantuuuuu…!” para pencuri itu berebut menuruni tangga.
Sosok itu mengejarku! Aku menggigit bibirku menahan tawa. Lucu mampus sekali, deh!
“Kamu enggak apa-apa?”terdengar suara Aparel.
“Kamu hebat sekali. Dari mana, sih, dapat ide menyamar jadi hantu? Pakai terbang lagi!”aku tertawa.
Aparel bengong, lalu nyengir.
“Jangan bercanda! Kamu kan yang jadi hantu tadi?”
Aku melotot.
“Bukan! Perhaps, Raga.”ujarku tak yakin.
“Hebat sekali kamu, Sas! Kamu, kan, yang jadi hantu tadi?” Raga yang baru bergabung menepuk bahuku,
“Bukan aku!”teriakku panik.
Sebuah kesadaran masuk ke otak kami. Sosok tadi itu, kan, sudah turun tangga. Ia belum naik ke lantai dua. Jadi… dia bukan salah satu dari kami.
Sesaat kami berpandangan. Lali tanpa dikomando kami berebutan menuruni tangga. Tapi di tengah tangga, Raga yang di depan berhenti mendadak. Aparel sampai hampir jatuh karena menabraknya.
“Anak itu… masih di bawah, ya?”bisik Raga gemetar.
“Siapa yang dibawah?”
Kupikir Aparel yang bertanya. Namun saat kami menengok ke belakang, seorang cowok dan cewek sedang tersenyum. Cewek yang tadi!
“Aaaaaaa…!” kami ketakutan, berteriak-teriak menuruni tangga.
Tersandung-sandung, kami lari menuju sepeda di luar. Saat sudah memegang sepeda, kami menengok ke belakang. Dua sosok tadi sedang menertawakan kami, menunjuk-nunjuk sambil melayang-layang di atas tanah.
Aku jadi teringat kisah kakak beradik yang menjadi korban kebakaran. Aku ingin menghampiri mereka untuk said thanks. Mereka kan, menolong kami dari para pencuri itu. Tapi, kami tak berani. Justru mengayuh sepeda secepat-cepatnya!


source : dari buku kumpulan cerpen BOBO yang diedit lagi oleh YOLA SAVITRI

{ 0 komen nih...... read them below or add one }

Post a Comment